Muhammad bin Muhammad bin Muhammad
Bahau’uddin An-naqsyabandi Al-uwaisi Al-bukhari merupakan seorang pendiri dan
Imam Thoriqoh yang agung dan seorang tokoh sufi pemuka Tasawwuf yang terkemuka
da n terkenal dan namanya selalu harum sepanjang masa. Dilahirkan dari
lingkungan keluarga terhormat didesa Qasrul Arifan (Hindia) pada tahun 717 H /
1318 M kurang lebih 4mil dari Bukhara tempat lahirnya Imamnya Hadist yaitu Imam
Bukhari. Beliau mendapat gelar “Syah”yang menunjukkan seorang pemimpin Ruhani
dan pemimpin Ummat.
Seperti halnya para sufi besar lainnya banyak keajaiban
yang menyertainya dalm kitab “Jami’ul Usulil Aulia’ disebutkan: bahwa ketika
mendekati kelahiran bayi Baha’uddin desa Hinduwan diliputi oleh bau harum
semerbak yang tidak diketahui dari mana asalnya bau harum tersebut kemudian
tercium oleh seorang
sufi besar kala itu yang waskita bernama Syaikh Muhammad Baba As-sammasi ra. Syaikh Baba kemudian berkata kepada Khalifahnya yang bernama Sayyid Amir Kulal ra: bau harum yang semerbak ini merupakan pertanda akan lahir bayi laki-laki yang mulia”, setelah beberapa waktu kemudian lahirlah bayi Baha’uddin ini dan kemudian dibawa oleh kakeknya kepada Syaikh Baba beliau pun menerimanya dengan rasa gembira tak terhingga dan berkata pada Sayid Amir: Ini adalah bau harum yang pernah aku katakan dulu! ini adalah anak ku kalian semua jadi saksi bahwa aku telah menerimanya dengan senang hati dan suka cita” dan memang sejak kecil hingga setalah dewasa Baha’uddin benar-benar menunjukan keluhuran akhlah dan ketika ia berumur 18 tahun mulailah Syaikh Baba mengajinya Tasawwuf hingga menginjak dewasa dan setelah Syaikh Babaakan wafat Ia berwasiat pada Sayyid Amir Kulal supaya melanjutkan mengajari dan mendidik Baha’uddin dengan baik. Nah hasil didikan dari kedua guru utama ini mengantarkan Baha’uddin menjadi seorang Ulama’ yang sangat mumpuni dan sebagai guru Ruhani terbesar dizamannya sehingga ia mendapatkan mandat sebagai pewaris Khawajagan (dibaca Khajagan atau Khujag) yang berarti Guru sufi / guru Ruhani.
sufi besar kala itu yang waskita bernama Syaikh Muhammad Baba As-sammasi ra. Syaikh Baba kemudian berkata kepada Khalifahnya yang bernama Sayyid Amir Kulal ra: bau harum yang semerbak ini merupakan pertanda akan lahir bayi laki-laki yang mulia”, setelah beberapa waktu kemudian lahirlah bayi Baha’uddin ini dan kemudian dibawa oleh kakeknya kepada Syaikh Baba beliau pun menerimanya dengan rasa gembira tak terhingga dan berkata pada Sayid Amir: Ini adalah bau harum yang pernah aku katakan dulu! ini adalah anak ku kalian semua jadi saksi bahwa aku telah menerimanya dengan senang hati dan suka cita” dan memang sejak kecil hingga setalah dewasa Baha’uddin benar-benar menunjukan keluhuran akhlah dan ketika ia berumur 18 tahun mulailah Syaikh Baba mengajinya Tasawwuf hingga menginjak dewasa dan setelah Syaikh Babaakan wafat Ia berwasiat pada Sayyid Amir Kulal supaya melanjutkan mengajari dan mendidik Baha’uddin dengan baik. Nah hasil didikan dari kedua guru utama ini mengantarkan Baha’uddin menjadi seorang Ulama’ yang sangat mumpuni dan sebagai guru Ruhani terbesar dizamannya sehingga ia mendapatkan mandat sebagai pewaris Khawajagan (dibaca Khajagan atau Khujag) yang berarti Guru sufi / guru Ruhani.
Dalam kitab yang sama disebutkan “bahwa
Syaikh Baha’uddin Naqsyabandi ini memiliki Maqom yang tinggi meskipun beliau
berguru kepada Syaikh Baba dan Sayyid Amir dan diIjazahi dzikir secara keras
(jahri) seperti pada Thoriqoh Qadiriyah Namun Ia mengamalkan dzikir secara
rahasia (Khafi) yang ia peroleh dari gurunya Syaikh Abdul Khaliq Al-ghujdawani
secara Barzakhi atau Ijazah secara Ghaib oleh syaikh Abdul Khaliq yang wafat
lebih dulu kira-kira 150 tahun sebelumnya”.
Diriwayatkan
dari Sayyidina Alaauddin ra: Diwaktu Syaikh Baha’uddin sedang sakit
parah kami dan para Ikhwan yang lain sedang membaca suratt Yasin dan setelah
kami sudah membaca separoh dari surat Yasin maka keluarlah Cahaya yang sangat
berkilauan dari jasad yang mulia Hadratus Syaikh kami semua tercengang sambil
membaca Tasbih tidak henti-hentinya dan juga kami mencium bau wangi yang
menyebar keseluruh penjuru dan pada malam senin tanggal 3 Rabiul Awal dalam umur
73 tahun beliau wafat dan dimakamkan ditanah yang sudah diwasiatkan beliau dan
pada kemidian hari makam beliau tidak pernah sepi dari para penziarah dan
dibangun diatasnya Qubbah yang sangat besar oleh para Sultan dizaman itu.
Disitu juga dibangunkan oleh para sultan Masjid yang megah. Radiyallahu Anhu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar