Mauidoh Hasanah yg di sampaikan oleh
KHR.SYAIFUL JA’FAR ra. Menjelaskan
tentang dzikir yang di anjurkan beserta larangan-larangannya di dalam
melaksanakan perintah atau mengikuti nasehat-nasehat gurunya. Apabila murid
tersebut mengikuti apa yang diperintahkan oleh Gurunya selama tidak menyimpang
dari apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, maka sampailah tujuan untuk mencari
keridlo’an Allah SWT.
Didalam kehidupan, lanjut
penjelasan dari KHR. Syaiful Ja’far; bahwasannya kita hidup, bekerja, mencari
rejeki, mencari nafkah untuk keluarga adalah hanyalah untuk mencari keridlo’an
Allah SWT karena sudah diperintah oleh Allah SWT.
Menyenangkan orang tua, berbakti
kepada orang tua, menyenangkan Guru, menyenangkan orang banyak, juga melarang
untuk saling bermusuhan ini karena perintah Allah SWT. Bukan diperintah oleh
manusia tapi diperintah Allah SWT. Kesimpulannya, bahwa kita harus saling
menghormati pada sesamanya.
Jadi janganlah kalian menghina
atau mengusir orang yang bedzikir kepada Tuhannya. Karena dzikir itu banyak macamnya
bukan hanya dzikir di Musholla saja. Waktunya bekerja, mencari penghasilan yang
halal dan berbuat kebaikan. Ini semua adalah bagian dari dzikir karena sudah
diperintahkan oleh Allah SWT.
Barang siapa orang yang mencari
keridlo’an Allah SWT ini insya’allah akan diberi kemudahan oleh Allah SWT,
lanjut penjelasan dari KHR. Syaiful Ja’far. Dimana telah disebutkan di dalam
sebuah hadist, bahwa apabila Allah SWT menghendaki dari kalian untuk melakukan
sebuah kebaikan maka Allah SWT akan memberi kemudahan dalam melakukan sebuah
kebaikan.
Selanjutnya dalam penjelasan
kitab tawassuliyah karangan Kyai Abdul Wahid Khudzaifah yang disampaikan oleh
KHR. SYaiful Ja’far ra. Bahwasannya semoga kita selalu mendapatkan taufiq dan
hidayah, diberi kemudahan oleh Allah SWT untuk melakukan sebuah kebajikan
sampai mati. Karena yang diharapkan kita adalah tiada lain hanyalah keridlo’an
dari Allah SWT.
Andaikata kita mendapatkan
keridlo’an Allah SWT maka sempurnalah kita. Artinya ketika kita mencari keridlo’an
Allah SWT dan mendapatkan keridlo’an Allah SWT maka semoga kehidupan kita jadi
sempurna, lanjut penjelasan dari KHR. Syiful Ja’far ra. Dan juga semoga waktu
kita/hari-hari kita selalu di isi untuk menjalani perintahnya Allah SWT.
Tentang waktu, lanjut pemaparan
dari KHR. Syaiful Ja’far ra. Bahwasannya pengertian waktu ini ada secara lughatan
dan secara istilahan. Penjelasan waktu
secara lughatan adalah waktu untuk pembagian-pembagian kerja, misalnya : jam 7 untuk kerja dan siang
hari (dzuhur) waktunya istirahat setelah itu kerja lagi. Dan penjelasan waktu
secara istilah, waktu bagi orang shufi atau orang ahli ibadah adalah waktu untuk
melakukan suatu perkara-perkara mengerjakan sesuatu yang penting atau yang
lebih utama untuk dirinya. Waktu pengertian bagi orang shufi adalah sangat
penting dan biasanya lebih cenderung untuk memikirkan saat ini, tidak memikirkan
hari kemarin ataupun hari esok. Ketika ada perintah dari Allah SWT misalnya
kerja atau ibadah saat ini, langsung dilaksanakan jadi tidak ada penundaan
ketika ada perintah dari Allah SWT dan juga tidak memikirkan waktu yang kemarin ataupun waktu yang
akan datang.
Orang berthariqah ataupun orang
shufi, lanjut penjelasan KHR. Syaiful Ja’far ra. Waktu, ini ada tata kramanya,
sebelum memasuki penjelasan tata-krama, waktu ini terbagi dua yaitu ada waktu
yang baik dan ada waktu yang tidak baik. Yang dituntut didalam soal waktu ini
adalah waktunya sholat ya sholat, waktunya kerja ya kerja, maka orang yang melaksanakan ini di namakan orang yang berbakti kepada Allah
SWT. Ketika orang tersebut tidak menyia-nyiakan waktu untuk berbuat kebaikan
maka orang tersebut dijuluki ‘ibnu yaumihi’ karena orang tersebut tidak
memberatkan ke ‘waktunya’(pekerjaan ibadah karena Allah SWT).
Di dalam ‘waktu’ lanjut
penjelasan KHR.Syaiful Ja’far ra. Ini ada peraturannya dan ada tata-kramanya. Barang
siapa yang tidak mengikuti aturan yang ada (yang ditentukan oleh Allah SWT)
maka Allah SWT murka. Misalnya, contoh Salah satu tata-kramanya waktu ketika
kita dalam mencari rejeki, siang sampai malam hanya mendapatkan sedikit. Maka tata-kramanya
kita adalah ‘arridlo’. Ketika kita mendapatkan rejeki sedikit maka kita pasrah
karena ini sudah bagian dari Allah. SWT.
Ketika kita mendapatkan nikmat
yang banyak maka tata-kramanya kita adalah harus bersyukur. Dan ketika kita
dalam keta’atan waktu maka ketika waktu panggilan adzan, maka ini merupakan
pemberian atau kesempatan kita untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT. Demikian
juga, disaat kita melakukan kemaksiatan saat ini maka tata-kramanya di waktu
itu juga kita harus melakukan taubat.
Seperti perkataan para ulama,
lanjut penjelasan KHR.Syaiful Ja’afr ra; barang siapa orang yang tidak
menyia-nyiakan waktu (dalam perbuatan baik/ibadah) maka orang tersebut selamat.
Begitu juga sebaliknya, barang siapa orang menyia-nyiakan waktunya maka orang
tersebut celaka.
Semoga kita semua termasuk
orang-orang yang tidak menyia-nyiakan waktu, yang selalu menggunakan waktu kita
untuk hal kebaikan, ibadah, baik berupa mencari penghasilan yang halal karena
ini juga merupakan ibadah kepada Allah SWT.
Demikianlah pemaparan ataupun
penjelasan Mauidoh Hasanah Kitab Tawassuliyah yang di sampaikan oleh KHR.
Syaiful Ja’far ra.
(penulis)
sumber :
pengajian rutinitas bulanan, kitab tawassuliyah yang disampaikan oleh
hadrotus syaikh
R.KH.SYAIFULLAH JA'FAR
yang dilaksanakan pada
Hari : rabu mlam kamis
Tgl : 24 sept 2014
Tempat : kediaman beliau dengan alamat
bulak banteng wetan gang 12/45 surabaya
Hari : rabu mlam kamis
Tgl : 24 sept 2014
Tempat : kediaman beliau dengan alamat
bulak banteng wetan gang 12/45 surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar